Rabu, 16 April 2014

Kerajaan Sigindo Alam Kerinci

Kerajaan Sigindo Alam Kerinci: Satu-satunya Wilayah di Sumatera yang Tidak Dikuasai Sriwijaya (Part 2)
Peperangan dengan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya yang berambisi untuk mengukuhkan pengaruh dan kekuasaannya atas bumi Nusantara terus melakukan ekspansi ke daerah-daerah disekitarnya dengan mengirim pasukan dan armada perang yang tangguh. Salah satu daerah terdekat yang menjadi sasaran adalah kerajaan Melayu.
Masih dalam abad ke 7 Masehi, ekspansi kerajaan Sriwijaya juga dilakukan ke daerah selatan dengan menaklukkan kerajaan Tulang Bawang di daerah Lampung. Setelah itu, kerajaan Sriwijaya mengukuhkan pula kekuasaannya atas pulau Bangka (Prasasti Kota Kapur tahun 686 M). Ekspansi tidak terhenti di sini, karena diteruskan ke pulau Jawa. Berbarengan dengan ekspansi ke pulau Jawa, kerajaan Sriwijaya juga melakukan persiapan yang matang untuk menaklukkan kerajaan Melayu. Persiapan dilakukan mengingat posisi kerajaan Melayu yang merupakan satu kerajaan terkuat di Sumatera.
Setelah segala sesuatu dipersiapkan dengan baik, maka penyerangan lalu dilaksanakan baik melalui darat maupun laut terhadap daerah-daerah pusat kekuatan kerajaan Melayu. Gempuran yang dilakukan berkali-kali dari berbagai penjuru wilayah menyebabkan kerajaan Melayu menjadi amat kewalahan. Upaya yang melelahkan dan memakan banyak korban jiwa maupun materi itu, akhirnya membuahkan hasil dengan takluknya kerajaan Melayu.
Diperkirakan pada sekitar pertengahan abad ke 7 Masehi, kerajaan Sriwijaya dapat menguasai hampir sebagian besar wilayah kerajaan Melayu. Kekalahan kerajaan Melayu telah menempatkan kerajaan Sriwijaya tumbuh dan berkembang dengan cepat. Sama halnya dengan kerajaan Melayu, pengaruh kerajaan Sriwijaya juga sampai ke daratan Asia Tenggara, seperti Malaysia (Tanjung Kra), Birma, Kamboja, Annam dan kepulauan Filipina. Dimana daerah-daerah itu sebelumnya berada dibawah pengaruh kekuasaan kerajaan Melayu.
Ekspansi tidak terhenti di sini saja, karena diteruskan ke daerah-daerah pedalaman pulau Sumatera. Salah satu daerah yang menjadi sasaran adalah negara Sigindo Alam Kerinci. Kerajaan Sriwijaya kelihatan sangat berkepentingan terhadap negeri-negeri Sigindo, karena wilayah Alam Kerinci di bawah pemerintahan para Sigindo selama ini diketahui sebagai daerah pemasok berbagai komoditi dagang (kulit manis, cengkeh, emas, dll) untuk pasar manca negara.
Kerinci Rendah di taklukkan Sriwijaya
Selama terjadi komplit antara kerajaan Sriwijaya dengan kerajaan Melayu, pasokan komoditi perdagangan dari daerah Alam Kerinci terasa sangat menurun. Demikian juga setelah kerajaan Sriwijaya menaklukkan kerajaan Melayu arus barang-barang melalui daerah Jambi dan Alam Kerinci volumenya terus berkurang. Menurunnya pasokan komoditi dagang yang berasal dari daerah Alam Kerinci ke jalur perdagangan pantai timur Jambi dikarenakan negeri-negeri Sigindo telah mulai mengalihkan jalur perdagangan ekspornya ke pelabuhan-pelabuhan pantai Barat Sumatera yang kebetulan lagi berkembang. Perubahan jalur perniagaan ini dilakukan para pedagang negeri Sigindo atas pertimbangan keamanan yang sulit untuk diatasi. Selain itu, kebetulan pula pelabuhan samudra di pantai Barat mulai banyak digunakan armada dagang manca negara dari daratan India dan Asia Tenggara. Perubahan situasi ini memberikan prospek yang cukup baik bagi negeri-negeri disekitar pantai Barat dalam perniagaan, mengingat perairan Selat Malaka semakin tidak kondusif untuk dilayani.
Akan tetapi kerajaan Sriwijaya beranggapan bahwa negeri-negeri Sigindo Alam Kerinci sengaja melakukan pembangkangan. Sebenarnya apa yang dikemukakan kerajaan Sriwijaya hanya merupakan alasan semata. Pada hal sebenarnya kerajaan Sriwijaya berambisi menaklukkan seluruh pemerintahan atau kerajaan-kerajaan yang terdapat disekitarnya. Kecongkakan yang tidak bisa dibendung lagi, lalu mereka wujudkan dengan menyerang negeri-negeri Segindo pada wilayah Kerinci Rendah. Daerah ini merupakan wilayah yang dulunya berbatasan langsung dengan kerajaan Melayu.
Untuk menyerang Kerinci Rendah, kerajaan Sriwijaya mengerahkan kekuatan darat dan armada lautnya. Pasukan darat didatangkan melalui Jambi dan Rawas, sedangkan armada laut didatangkan dengan melewati jalur sungai Batanghari, terus menelusuri sungai Batang Tembesi dan kemudian masuk ke daerah Kerinci Rendah melalui sungai Batang Merangin.
Mengingat perahu-perahu pengangkut pasokan sulit untuk berlayar jauh lebih ke hulu lagi menelusuri Batang Merangin dan Matang Masumai yang dangkal dan berbatu, maka pasukan didaratkan di ujung Muara Mesumai (Bangko). Tempat ini lalu dijadikan sebagai basis penyerangan ke daerah-daerah Kerinci Rendah. Dari Muara Mesumai serangan pertama dilakukan terhadap tanah Sigindo Sungai Lintang yaitu daerah di sekitar anak Sungai Batang Lintang yang bermuara ke Batang Merangin. Wilayah yang berada di sekitar daerah Sigindo Sungai Lintang dengan mudah dapat dikuasai. Dari sini pasukan melanjutkan penyerangan ke daerah tanah Sigindo Timben, Pengantungan, Malgan, Semukun, Lubuk Buluh dan tanah Sigindo Damahu. Penyerangan tahap kedua mendapat perlawanan yang keras dari rakyat Kerinci Rendah. Namun karena pasukan Sriwijaya dengan kekuatan yang besar dan peralatan perang yang lengkap. Perlawanan rakyat Kerinci Rendah dapat dipatahkan. Sehingga mereka pun dapat ditaklukkan.
Setelah menaklukkan wilayah Kerinci Rendah, pemerintahan Sriwijaya membuat sebuah prasasti yang berupa peringatan kepada daerah pendudukan Sriwijaya untuk selalu tunduk kepada Kerajaan Sriwijaya. Bagi penduduk yang berniat untuk melawan pemerintahan kerajaan Sriwijaya atau penduduk yang melakukan kejahatan akan dikutuk oleh dewa penguasa alam. Prasasti ini dikenal dengan nama Prasasti Karang Birahi.
Prasasti Karang Birahi ditemukan di pinggir Sungai Batang Merangin di Dusun Karang Birahi di wilayah Kerinci Rendah, tepatnya di Kecamatan Pemenang Kabupaten Merangin sekarang. Tempat prasasti ini berada di lebih kurang 25 km dari Bangko, ibukota Kabupaten Merangin sekarang.
Kerinci Tinggi tetap merdeka
Wilayah Kerinci Tinggi dikomandoi oleh Sigindo Sigarinting. Pemerintahan Sigindo Sigarinting berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama mulai dari abad ke 6 Masehi sampai dengan terbentuknya Pemerintahaan Depati Empat Alam Kerinci. Pemerintahan Sigindo Sigarinting seperti juga dengan sigindo-sigindo lainnya terlahir dari pertalian darah dan perkembangan dari satu kaum yang akhirnya membentuk suatu daerah kekuasaan atas kaum tertentu dan untuk wilayah kekuasaan tertentu. Wilayah kekuasaan Sigindo Sigarinting terletak di wilayah Kerinci Tinggi yang berpusat di Jerangkang Tinggi (sekitar daerah Desa Muak sekarang, di pinggir Danau Kerinci).
Sungguhpun telah berhasil menaklukkan negeri Sigindo di daerah Kerinci Rendah dengan susah payah kemudian menguasainya dalam waktu yang cukup lama (lebih dari 3 abad lamanya). Kemudian timbul keinginan untuk menaklukkan seluruh negeri Sigindo Alam Kerinci tidaklah surut. Selama ini wilayah Kerinci Tinggi belum pernah mereka taklukkan, karena untuk menyerang daerah tersebut tidak sulit dan harus membelah hutan belantara yang sangat ganas.
Pasukan Sriwijaya ingin masuk ke daerah Kerinci Tinggi yang kaya dengan produk perdagangan yang sangat diminati oleh negara luar. Disamping itu, daerah ini juga merupakan basis kekuasaan pemerintahan negeri-negeri Sigindo. Akan tetapi menyerang Kerinci Tinggi bukanlah hal yang mudah. Pasukan Sriwijaya menyadari bahwa mereka akan dihadapkan dengan tentangan yang lebih berat. Perlawanan dari pasukan dan rakyat negeri-negeri Sigindo di Kerinci Tinggi tentu akan lebih sengit. Negeri-negeri Sigindo di Kerinci Tinggi telah siaga menyongsong kedatangan mereka. Selain itu, pasukan Sriwijaya menyadari pula bahwa mereka akan berhadapan dengan kondisi alam yang sangat ganas.
Setelah segala sesuatu dipersiapkan mulai dari perbekalan, taktik dan strategi perang, maka pasukan negeri-negeri Sigindo lalu diberangkatkan untuk menghadang musuh. Pada suatu tempat di Bukit Malegan dekat dusun Pulau Sangkar sekarang, kedua pasukan bertemu dan terjadilah pertempuran sengit. Pasukan Sriwijaya karena tidak menguasai medan perang dan telah lelah melawan keganasan alam dengan mudah dapat diporak-porandakan. Semangat membara dari pasukan negeri Sigindo beserta rakyat disekitarnya dalam menghadapi pasukan Sriwijaya menyebabkan pasukan Sriwijaya dapat di tumpas. Tak seorangpun dibiarkan meloloskan diri, semuanya mati dalam pertempuran. Sebagai peringatan atas kejadian tersebut, maka tempat dimana berlangsungnya pertempuran sengit itu, lalu diberi nama dengan Telaga Darah. Walaupun peristiwa peperangan terjadi ratusan tahun yang silam, namun sampai kini lokasi Telaga Darah di Bukit Melegan selalu dikenang rakyat Kerinci sebagai tempat kemenangan pasukan Sigindo atas pasukan Kerajaan Sriwijaya.
Berita kekalahan pasukan Sriwijaya oleh Kerinci Tinggi, kemudian diterima induk pasukan yang bermarkas di Kerinci Rendah. Sudah barang tentu hal ini amat menyakitkan, karena tidak seorangpun di antara mereka yang dapat kembali. Kekalahan di Telaga Darah merupakan tamparan yang amat berat bagi kelanjutan ekspedisi pasukan Sriwijaya. Akhirnya, mereka lau mengurungkan niatnya untuk menyerang kembali Kerinci Tinggi. Keputusan diambil atas pertimbangan medan yang sangat berat di wilayah Kerinci Tinggi dan kekuatan pasukan Sigindo Sigarinting dan sigindo-sigindo lain yang telah bersatu berjuang mempertahankan wilayah Kerinci Tinggi tidak bisa diremehkan.

Sungguhpun keinginan menyerang daerah Kerinci Tinggi tidak dilanjutkan, akan tetapi pendudukan atas wilayah Kerinci Rendah tetap dipertahankan. Kerajaan Sriwijaya sangat berkepentingan terhadap Kerinci Rendah, karena daerah ini sangat potensial dalam pertambangan emas. Dalam mengukuhkan kerajaan Sriwijaya, daerah Kerinci Tinggi tidak pernah dapat ditundukkan, sehingga daerah Kerinci Tinggi adalah satu-satunya wilayah di Sumatera yang tidak pernah takluk oleh kerajaan Sriwijaya (sampai abad ke 9 Masehi, Kerajaan Sriwijaya berakhir). Semenjak itu Kerinci Tinggi secara turun temurun diperintah oleh siapa saja yang diangkat oleh masyarakat adat untuk silih berganti menyandang gelar Sigindo Sigarinting sampai pada abad ke 13 Masehi.
Dikutip: http://oediku.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar