Rabu, 16 April 2014

NILAI INTRINSIK DAN MARTABAT MANUSIA

NILAI INTRINSIK DAN MARTABAT MANUSIA
Nilai intrinsic manusia berarti bahwa masing-masing hidup manusia memiliki hidup yang tak terhingga, lepas dari penampilannya secara eksternal, sehingga hidup manusia harus dihargai dan dipandang sebagai yang terpenting daripada yang lainnya. Nilai ekstrinsik dan intrinsic manusia tidak dapat dipertukarkan. Apa yang benar menurut inrinsik belum tentu benar menurut ekstrinsik dan sebaliknya. Martabat manusia artinya harga diri manusia. Martabat manusia adalah kedudukan manusia yang terhormat sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berakal budi sehingga manusia mendapat tempat yang tinggi dibanding makhluk yang lain.
Menurut Aristoteles kebajikan adalah keadaan suatu hal yang merupakan keunggulannya yang khas dan memungkinkan hal itu melaksanakan fungsinya secara baik. kebajikan berkaitan dengan kebahagiaan sebagaimana halnya sarana dengan tujuan. Kebahagiaan adalah perwujudan dan pelaksanaan yang sempurna dari kebajikan dan merupakan tujuan terakhir dari kelakuan manusia yang mencakup semua hal baik lainnya.
Hedonisme Aristotelian
Hedonisme merupakan salah satu teori etika yang paling tua, paling sederhana, paling kebenda-bendaan, dan dari abad ke abad slalu kita temukan. Hedonisme pertama-tama dirumuskan oleh Aristippus yang salah menafsirkan ajaran gurunya, Socrates yang berkata bahwa tujuan hidup adalah kebahagiaan. Aristippus menyamakan kebahagian dengan kesenangan. Bagi orang-orang hedonis, mereka hidup untuk mencari kenikmatan, bukan untuk menikmati hidup.
Aksiologis
Aksiologi berasal dari perkataan axios (yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah “teori tentang nilai”. Nilai, digunakan sebagai kata benda abstrak dapat dipahami Dalam pengertian yang lebih sempit seperti, baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas mencakupi sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian. Nilai sebagai kata benda konkret dapat dicontohkan ketika kita berkata sebuah nilai atau nilai-nilai, ia seringkali dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya, nilai dia, dan system nilai dia. Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi  menilai, member nilai, dan dinilai. Menilai umumnya sinonim dengan evaluasi ketika hal tersebut secara aktif digunakan untuk menilai perbuatan.
Teori Etika
a)    Egoisme
Pertama egoisme psikologis, adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri (self servis). Kedua egoisme etis, adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri (self-interest). Tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau merugikan kepentingan orang lain, sedangkan tindakan mementingkan diri sendiri tidak selalu merugikan kepentingan orang lain.
b)   Utilitarianisme
Menurut teori ini, suatu tindakan dikatakan baik jika membawa manfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat (the greatest happiness of the greatest number).
c)    Deontologi
Paham deontologi justru mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya sama sekali dengan tujuan, konsekuensi, atau akibat dari tindakan tersebut. Konsekuensi suatu tindakan tidak boleh menjdi pertimbangan untuk menilai etis atau tidaknya suatu tindakan.
d)   Teori Hak
Teori hak merupakan suatu aspek dari deontologi (teori kewajiban) karena hak tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban.
e)    Teori Keutamaan (Virtue Theory)
Teori ini tidak lagi mempertanyakan suatu tindakan, tetapi berangkat dari pertanyaan mengenai sifat-sifat atau karakter yang harus dimiliki oleh seseorang agar bisa disebut sebagai manusia utama, dan sifat-sifat atau karakter yang mencerminkan manusia hina.
f)    Teori Etika Teonom

Teori etika teonom dilandasi oleh filsafat kristen, yang mengatakan bahwa karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh kesesuaian hubungannya dengan kehendak Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar